Setiap tanggal 2 April diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day. Setiap tahun peringatan hari peduli autisme ini mengangkat tema yang berbeda, tahun 2023 ini mengangkat tema “Transformation: Toward a Neuro-Inclusive World for All” yang artinya “Transformasi: Menuju Dunia Neuro-Inclusive untuk Semua”
Tujuan Hari Peduli Autisme Sedunia untuk mendorong negara-negara anggota PBB mengambil tindakan dalam meningkatkan kesadaran tentang orang dengan gangguan spektrum autisme dan mendukung penelitian menemukan cara baru untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Hari Peduli Autisme Sedunia ditetapkan pada tanggal 2 April setiap tahun oleh “Majelis Umum PBB” melalui “Resolusi 62/139” dan diadopsi pada 18 Desember 2007.
Diperkirakan di seluruh dunia sekitar 1 dari 100 anak menderita autisme. Perkiraan ini mewakili angka rata-rata, dan prevalensi yang dilaporkan bervariasi secara substansial di berbagai penelitian.
Autisme juga disebut gangguan spektrum autisme atu Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan kelompok beragam kondisi yang berkaitan dengan perkembangan otak. Kata “Autisme” pertama kali digunakan oleh psikiater Eugen Bleuler pada tahun 1911 untuk menggambarkan sekelompok gejala tertentu yang dianggap sebagai gejala skizofrenia. Autism Spectrum Disorder adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan perilaku dan komunikasi yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk menavigasi interaksi sosial dan juga menyebabkan perilaku berulang dan terbatas.
Orang dengan ASD sering memiliki masalah dengan komunikasi dan interaksi sosial, dan perilaku atau minat yang terbatas atau berulang. Orang dengan ASD mungkin juga memiliki cara belajar, bergerak, atau memperhatikan yang berbeda. Karakteristik ini dapat membuat hidup menjadi sangat menantang. Penting untuk diperhatikan bahwa beberapa orang tanpa ASD mungkin juga memiliki beberapa gejala ini.
Pada tahun 1943, psikiater anak Dr. Leo Kanner dalam artikelnya “Gangguan Autistik Kontak Afektif”, mencirikan autisme sebagai gangguan sosial dan emosional dalam artikelnya “Gangguan Autistik Kontak Afektif”. Kemudian, pada tahun 1944, Hans Asperger menerbitkan “Artikel Psikopatologi Autisme” di mana dia menjelaskan autisme sebagai gangguan kecerdasan normal anak yang mengalami kesulitan dengan kemampuan sosial dan komunikasi.
Penyebab autisme belum diketahui secara pasti. Namun, para ahli mengidentifikasi adanya beberapa gen yang dicurigai memiliki kaitan dengan ASD. Kadang-kadang gen-gen ini muncul dan bermutasi secara spontan. Namun, dalam kasus lain, orang mungkin mewarisi gen tersebut dari orang tuanya.
Ada beberapa faktor yang dikethaui dapat meningkatkan risiko terjadinya autisme diantaranya adalah jenis kelamin dimana laki-laki berisiko 4 kali lebih tinggi dari pada perempuan. Faktor adalah kelainan genetik, penularan selama dalam kandungan, riwayat autisme dalam keluarga, kelahiran prematur, dan pengaruh gangguan lainnya, seperti sindrom Down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom Tourette, lumpuh otak (cerebral palsy) serta sindrom Rett.
Umumnya, penyandang autisme cenderung memiliki masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan hiperaktif atau disebut juga Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan depresi.
Kondisi autisme tidak dapat disembuhkan. Meski begitu, ada banyak jenis penanganan yang dapat dilakukan untuk membantu penyandang autisme. Tujuannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi dalam diri mereka secara optimal. Adapun penanganan yang diberikan pada pengidap autisme umumnya berupa terapi seperti tertapi perilaku dan komunikasi untuk memberikan sejumlah pengajaran pada pengidap, termasuk kemampuan dasar sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal. Selain itu dapat juga berupa terapi keluarga yang ditujukan untuk orang tua dan keluarga pengidap autisme. Tujuannya adalah agar keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dengan pengidap dan juga mengajarkan pengidap berbicara dan berperilaku normal.
Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah autisme. Maka dari itu, langkah awal yang harus diambil oleh orangtua apabila Si Kecil menunjukkan gejala autisme adalah dengan menghubungi dokter. Sebab, penanganan yang dilakukan sedini mungkin pada penyandang autisme tentu dapat membantu mereka memiliki kehidupan yang layak.
Sumber:
https://nationaltoday.com/world-autism-awareness-day/
https://www.un.org/en/observances/autism-day
https://www.cdc.gov/ncbddd/autism/facts.html
https://www.healisautism.com/post/importance-of-public-awareness-for-autism
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/autism-spectrum-disorders
https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme
https://www.alodokter.com/autisme
Baca Juga : Cegah Tuberkulosis (TBC) Dimulai Dari Diri Sendiri Dan Lingkungan Sekitar
Tinggalkan Komentar