Info Komunitas
Sabtu, 14 Jun 2025
  • Selamat Datang di Portal Komunitas Penggiat Epidemiologi Indonesia
19 Februari 2025

Ketika Obat Tak Lagi Mempan: Kenali Fakta Mengejutkan Tentang Tuberkulosis Resistan Obat

Rabu, 19 Februari 2025 Kategori : Artikel

Ketika Obat Tak Lagi Mempan: Kenali Fakta Mengejutkan Tentang Tuberkulosis Resistan Obat

Penulis: Anisa Salsabila, SKM

Pendahuluan

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan global. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menyebar melalui droplet udara saat penderita batuk atau bersin (Kemenkes RI, 2020). Munculnya kasus tuberkulosis yang kebal terhadap pengobatan atau dikenal juga Tuberkulosis Resistan Obat (TB-RO) menjadi ancaman baru yang semakin sulit diatasi. Pengobatan TB-RO tidak hanya lebih mahal tetapi juga memiliki efek samping serius, yang menambah beban bagi pasien dan sistem kesehatan (Li et al., 2016). 

Laporan WHO dalam Global Tuberculosis Report 2024 mengungkapkan bahwa terdapat 175.923 kasus TB-RO yang terdiagnosis dan diobati pada tahun 2023. Indonesia menjadi negara dengan kasus TB-RO tertinggi ketiga di dunia setelah India (27%) dan Rusia (7,4%), dengan persentase kasus mencapai 7,4%, diikuti oleh China (7,3%) dan Filipina (7,2%) (WHO, 2024). Tingginya angka kejadian TB-RO di Indonesia menjadikan pemahaman lebih dalam mengenai penyakit ini sangat penting. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut terkait tuberkulosis resistan obat. 

Apa itu Tuberkulosis Resistan Obat?

TBC Resistan Obat (TB-RO) terjadi ketika obat tidak lagi mempan karena bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak lagi dapat dihancurkan oleh obat anti tuberkulosis (OAT). Kondisi ini biasanya terjadi akibat penggunaan obat yang tidak tepat atau penularan langsung dari pasien TB-RO lainnya (Kemenkes RI, 2020). 

TB-RO diklasifikasikan berdasarkan tingkat resistansi sebagai berikut:

  1. Mono resistansi: resistansi terhadap satu jenis OAT lini pertama, seperti isoniazid (H).
  2. Poli resistansi: resistansi terhadap lebih dari satu OAT lini pertama kecuali kombinasi isoniazid dan rifampisin.
  3. Multi-drug resistance (MDR-TB): resistansi terhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa obat anti tuberkulosis lini pertama lainnya. 
  4.  Pre-extensive drug resistance (pre-XDR): MDR-TB yang juga resistan terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon.
  5. Extensive drug resistance (XDR): MDR-TB yang resistan terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu obat suntik OAT lini kedua.
Ketika Obat Tak Lagi Mempan Kenali Fakta Mengejutkan Tentang Tuberkulosis Resistan Obat
Sumber: Koleksi Ilustrasi Epidemiolog.id

Penyebab Tuberkulosis Resistan Obat

TB-RO terjadi ketika bakteri TBC mengembangkan resistansi terhadap terapi standar. Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap resistansi ini meliputi:

  1. Ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan, seperti menghentikan konsumsi obat sebelum waktu yang ditentukan.
  2. Kesalahan dalam pemberian resep, termasuk dosis yang tidak sesuai atau kombinasi obat yang tidak efektif.
  3. Kualitas obat yang buruk, yang dapat menghambat efektivitas pengobatan.
  4. Pasokan obat yang tidak memadai, menyebabkan pasien tidak dapat menyelesaikan terapi dengan benar (Seung et al., 2015).

Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat

Pengobatan yang akan diberikan kepada pasien TB-RO disesuaikan dengan kondisi setiap pasien yang mengacu pada panduan pedoman jangka pendek dan jangka panjang. Pemberian pedoman memiliki beberapa ketentuan yang akan dijabarkan dibawah ini. 

  1. Panduan pengobatan jangka pendek. Panduan ini diberikan kepada pasien TB Resistan Rifampisin (TB-RR). Durasi pengobatan minimal 9 bulan dengan fase awal (4 bulan) dan fase lanjutan (5 bulan). Apabila konversi BTA tidak terjadi dalam 4 bulan, pengobatan diperpanjang menjadi 11 bulan (Kemenkes RI, 2020).
  2. Panduan pengobatan jangka panjang

Pengobatan ini diberikan kepada pasien TB-RO yang tidak memenuhi kriteria untuk pengobatan dengan paduan jangka pendek seperti penderita pre-XDR, XDR, atau mereka yang gagal terapi jangka pendek. Pengobatan ini melibatkan kombinasi OAT lini kedua yang lebih kompleks dan membutuhkan pemantauan ketat (Kemenkes RI, 2020).

Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat

Pencegahan tuberkulosis resistan obat (TB-RO) merupakan langkah krusial dalam upaya mengendalikan penyebaran penyakit ini.

  1. Edukasi dan Kesadaran, kampanye kesehatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat.
  2. Akses Diagnosis dan Pengobatan, penyediaan layanan kesehatan dengan fasilitas diagnostik yang memadai.
  3. Kepatuhan terhadap Pengobatan, program Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS) untuk memastikan pasien menyelesaikan terapi.
  4. Dukungan Sosial dan Psikologis, peran keluarga dan tenaga kesehatan dalam menjaga motivasi pasien.

Demikianlah Artikel dengan judul Ketika Obat Tak Lagi Mempan: Kenali Fakta Mengejutkan Tentang Tuberkulosis Resistan Obat, dan jangan lupa baca artikel lainnya berikut ini:

ISPA dan Pneumonia: Masalah Kesehatan pada Balita di Indonesia

Mumps Membuat Moms Khawatir? Kenali Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya\

Hari Kanker Sedunia: Mengungkap Kanker Paling Mematikan !

Ditinjau oleh: Andika, SKM., M.Epid

Referensi:

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Jakarta.

Li, D., Ge, E., Shen, X., & Wei, X. (2016). Risk Factors of Treatment Outcomes for Multi-drug Resistant Tuberculosis in Shanghai, 2009-2012. Procedia Environmental Sciences, 36, 12–19. https://doi.org/10.1016/j.proenv.2016.09.003

Restinia, M., Khairani, S., & Manninda, R. (2021). Faktor Resiko Penyebab Multidrug Resistant Tuberkulosis: Sistematik Review. Pharmaceutical and Biomedical Sciences Journal (PBSJ), 3(1), Article 1.

Seung, K. J., Keshavjee, S., & Rich, M. L. (2015). Multidrug-Resistant Tuberculosis and Extensively Drug-Resistant Tuberculosis. Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine, 5(9), a017863. https://doi.org/10.1101/cshperspect.a017863

World Health Organization. (2023). Global Tuberculosis Report 2023. World Health Organization. https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2023/11/Global-TB-Report-2023-2.pdf

World Health Organization. (2024). Global Tuberculosis Report 2024 (1st ed). WHO. https://www.who.int/teams/global-tuberculosis-programme/tb-reports/global-tuberculosis-report-2024

Xi, Y., Zhang, W., Qiao, R.-J., & Tang, J. (2022). Risk factors for multidrug-resistant tuberculosis: A worldwide systematic review and meta-analysis. PLOS ONE, 17(6), e0270003. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0270003

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

Pengumuman

www.epidemiolog.id

Take Your Epidemiological Skills to The Next Level

NSPN : Since March, 2019
Makassar-Manado-Minut
TELEPON 087884562567
EMAIL admin@epidemiolog.id
WHATSAPP 087884562567