ISPA dan Pneumonia: Masalah Kesehatan pada Balita di Indonesia
Penulis: Santha Remicha
Di antara permasalahan kesehatan utama di penjuru dunia, penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)1. ISPA menjadi penyakit yang paling banyak menyerang anak-anak, terutama balita. Perihal ini adalah pemicu utama kematian, membunuh hingga 4 juta balita setiap tahun. Berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional (IHR), ISPA adalah salah satu penyakit pernafasan yang bisa mengakibatkan kondisi darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. ISPA dapat menyebar dengan cepat dan mengakibatkan morbiditas dan mortalitas tinggi2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa insiden ISPA menyebabkan kematian ±13 juta balita di semua dunia setiap tahunnya, dan kebanyakan kematian itu terjadi di negara-negara berkembang, dengan angka kematian balita 40 dari lebih dari 1.000 kelahiran hidup yakni 15-20% per tahun pada golongan umur balita3.
Pneumonia adalah salah satu jenis ISPA, pneumonia juga adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan mengakibatkan kematian pada anak-anak di seluruh dunia4. ISPA dan pneumonia adalah dua kondisi kesehatan yang terkait, tetapi juga memiliki perbedaan yang signifikan. ISPA dapat berlanjut menjadi pneumonia jika tidak ditangani dengan baik. Pneumonia adalah komplikasi akibat infeksi yang menyebar ke saluran pernapasan bagian bawah, yaitu alveoli di paru-paru5,6. Pneumonia dapat berlangsung lebih lama dan memiliki tingkat keparahan yang lebih beragam, dari ringan hingga berat7.
Salah satu pemicu utama kematian anak-anak di negara berkembang adalah ISPA, terutama pneumonia. Pada tahun 1990, ISPA menyebabkan 13 juta kematian anak-anak setiap tahun, dengan 4,3 juta kematian disebabkan oleh pneumonia8. Pada tahun 2000, ISPA menyumbang sekitar 18% dari seluruh kematian balita di negara berkembang, dengan pneumonia sebagai penyebab utama9. Kejadian pneumonia di negara berkembang sangat tinggi. Estimasi tahunan kasus pneumonia mencapai 151 juta kasus baru, dengan 11-20 juta kasus yang cukup parah untuk memerlukan perawatan di rumah sakit10. Pada tahun 2019, ISPA menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian anak-anak di bawah usia lima tahun, dengan pneumonia sebagai penyebab utama (33% dari total kematian)11.
Indonesia adalah negara berkembang dengan jumlah kasus ISPA paling tinggi. ISPA selalu menjadi pemicu kematian pada bayi dan balita tertinggi12 dan masuk ke dalam sepuluh besar daftar penyakit di rumah sakit dan puskesmas13. Data Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI tahun 2020, pneumonia menyumbang 15,9% kematian (979 meninggal) pada kelompok usia 29 hari-11 bulan dan 9,5% kematian (314 meninggal) pada anak balita (12-59 bulan)14. ISPA menyebabkan kematian sekitar 4,25 juta setiap tahun, dengan sekitar 1,6 juta kematian pada anak balita per tahun15. Angka kejadian ISPA pada anak dibawah 5 tahun pada tahun 2013 di Indonesia sebanyak 25,0%, terbanyak pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 25,8%15. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, prevalensi ISPA di Indonesia pada anak dibawah 5 tahun sebesar 56,51%16.
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019, kejadian ISPA di Indonesia bagi anak balita sebanyak 52,9%17, pada tahun 2020, ditemukan ISPA bagi anak balita sejumlah 34,8%14, dan pada tahun 2023 berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia prevalensi balita yang terkena ispa mencapai 34,2%18. Karena dampaknya yang signifikan terhadap penderitanya, ISPA masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, khususnya pada orang dewasa dan bayi.
Tingginya angka kejadian dan kematian akibat penyakit ini menunjukkan perlunya upaya pencegahan dan penanganan yang lebih efektif. Intervensi seperti peningkatan cakupan imunisasi, perbaikan gizi, edukasi kesehatan, serta akses layanan kesehatan yang lebih baik menjadi langkah penting dalam menekan dampak ISPA dan pneumonia. Dengan perhatian dan tindakan yang tepat, angka kesakitan dan kematian akibat ISPA pada balita dapat dikurangi secara signifikan di Indonesia.
Demikianlah artikel tentang ISPA dan Pneumonia: Masalah Kesehatan pada Balita di Indonesia, jangan lupa baca juga artikel lainnya pada link berikut ini:
Mumps Membuat Moms Khawatir? Kenali Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya
Hari Kanker Sedunia: Mengungkap Kanker Paling Mematikan !
Alternatif Alami untuk Mengurangi Nyeri Menstruasi: Minuman Kunyit Madu yang Sehat dan Menyegarkan
Ditinjau oleh : Andika, SKM., M.Epid
Note: Gambar artikel ini merupakan properti komunitas epidemiolog.id
REFERENSI:
1. Abbafati C, Abbas KM, Abbasi M, Abbasifard M, Abbasi-Kangevari M, Abbastabar H, et al. Global burden of 369 diseases and injuries in 204 countries and territories, 1990–2019: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2019. Lancet. 2020;396(10258):1204–22.
2. World Health Organization. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan kesehatan. 2007;
3. Atmawati F, Jumakil J, Octaviani RES. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Motaha Kecamatan Angata Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2021. J Gizi dan Kesehat Indones. 2022;3(1).
4. World Health Organization. Pneumonia in children. 2022; Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia
5. Septi. Waspada! Inilah Perbedaan antara ISPA dan Pneumonia. Farmaku Artik [Internet]. Available from: https://www.farmaku.com/artikel/perbedaan-ispa-pneumonia/
6. Hermina Solo. ISPA Pada Anak Balita. 2022; Available from: https://www.herminahospitals.com/id/articles/ispa-pada-anak-balita.html
7. Rokom. Infeksi di Saluran Atas dan Bawah. 2024; Available from: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240108/0244638/infeksi-di-saluran-atas-dan-bawah/
8. Thamer.K.Yousif/MBCh.B/FICMS D, Khaleq/MSC DBA. Epidemiology Of Acute Respiratory Tract Infections (ARI) Among Children Under Five Years Old Attending Tikrit General Teaching Hospital. Middle East J Fam Med [Internet]. 2006;14(3). Available from: http://www.mejfm.com/journal/May2006/epidemiology.htm
9. Garenne M, Ronsmans C, Campbell H. The magnitude of mortality from acute respiratory infections in children under 5 years in developing countries. World Heal Stat Q. 1992;45(2–3):90–181.
10. Pollard AJ, Nadel S, Ninis N, Faust SN, Levin M. Emergency management of meningococcal disease: Eight years on. Arch Dis Child. 2007;92(4):283–6.
11. Um S, Vang D, Pin P, Chau D. Trends and determinants of acute respiratory infection symptoms among under-five children in Cambodia: Analysis of 2000 to 2014 Cambodia demographic and health surveys. PLOS Glob Public Heal [Internet]. 2023;3(5):1–14. Available from: http://dx.doi.org/10.1371/journal.pgph.0001440
12. Najmah. Epidemiologi Penyakit Menular. 2016. 199–207 p.
13. Setiawati F, Sari EP, Hamid SA. Hubungan Status Gizi, Pemberian Asi Eksklusif dan Paparan Asap Rokok Terhadap Kejadian Ispa pada Balita di Puskesmas Sukaraya Kab. OKU. 2021;21(3):1293–8.
14. Kesehatan K, Indonesia R. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2021.
15. Riskesdas. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013 [Internet]. 2013;1. Available from: http://www.dof.gov.my/en/c/document_library/get_file?uuid=e25cce1e-4767-4acd-afdf-67cb926cf3c5&groupId=558715
16. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2019.
17. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesa 2019 [Internet]. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. 487 p. Available from: https://pusdatin.kemkes.go.id/
18. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan Indonesia. Survei Kesehat Indones tahun 2023. 2023;
Tinggalkan Komentar