Penelitian erat kaitannya dengan hipotesis, namun Hipotesis Penelitian bukan unsur yang selalu ada dalam setiap penelitian. Hipotesis digunakan dalam penelitian yang bersifat eksplanatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuktikan hubungan antar variabel. Sedangkan pada penelitian deskriptif dan eksploratif sering tidak memerlukan hipotesis. Dalam penelitian, hipotesis berperan untuk memberikan batasan terhadap jangkauan dan lingkup penelitian, memfokuskan fakta-fakta yang beragam menjadi kesatuan penting dan menyeluruh, serta menjadi panduan pengujian antarfakta.
Pengertian Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti di bawah dan tesis yang berarti kebenaran, secara keseluruhan berarti di bawah kebenaran atau belum tentu benar. Hipotesis merupakan dugaan atau keterangan sementara terhadap fenomena-fenomena yang ingin dipelajari dalam penelitian. Disebut sementara karena dasar dugaan berasal dari kajian teoritis dan masih akan diuji kebenarannya berdasarkan fakta-fakta empiris melalui pengumpulan data. Pada akhirnya, hipotesis akan dikonfirmasi maupun ditolak kebenarannya. Secara praktis, hipotesis dinyatakan berdasarkan kajian teoritis yang paling mungkin atau tinggi derajat kebenarannya sebagai jawaban terhadap rumusan masalah penelitian. Misalnya, rumusan masalah pada suatu penelitian adalah “Apakah ada keterkaitan antara perilaku merokok dengan kejadian kanker paru?” maka hipotesisnya dapat berupa “Ada keterkaitan antara perilaku merokok dengan kejadian kanker paru”.
Jenis Hipotesis Penelitian
Hipotesis dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun jenis hipotesis yang sering dicantumkan dalam literatur sebagai berikut.
Directional hypothesis memprediksi hasil dengan arahan yang spesifik. Cenderung menggunakan frasa “lebih besar/kecil dibanding….”, “secara positif/negatif….”, dan lainnya. Misalnya: “Ibu hamil yang mengikuti program X menjadi lebih aktif dalam mengonsultasikan masalah kesehatannya”. Sedangkan non-directional hyphotesis memprediksi hasil dengan arahan yang tidak spesifik. Misalnya: “terdapat hubungan antara akses informasi lowongan kerja dengan linearitas pekerjaan lulusan S1 Kesmas”.
Simple hypothesis terdiri dari dua variabel yang saling berhubungan atau mempengaruhi, yaitu dependen dan independen sehingga disebut juga hipotesis bivariat. Misalnya: “Tekanan darah tinggi berhubungan dengan kejadian strok”. Sedangkan complex hypothesis memprediksi hubungan antara tiga atau lebih variabel sehingga disebut juga hipotesis multivariat. Misalnya: “Status sosial ekonomi dan dukungan keluarga berhubungan dengan perilaku pergaulan bebas ODHA di masa lalu”.
Null hypothesis (Ho) juga disebut sebagai hipotesis statistik, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada hubungan atau perbedaan antarvariabel. Sedangkan alternative hypothesis (Ha) juga disebut dengan hipotesis penelitian, yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel. Ha merupakan konsekuensi dari pengujian Ho, artinya jika Ho ditolak maka Ha diterima, begitupun sebaliknya.
Bentuk Hipotesis Penelitian
Bentuk hipotesis erat kaitannya dengan rumusan masalah. Jenis hipotesis deskriptif artinya menjawab rumusan masalah deskriptif, begitu pula jenis yang lainnya. Lebih lanjut diterangkan sebagai berikut.
Pengujian Hipotesis Penelitian
Hipotesis umumnya digunakan pada jenis penelitian kuantitatif, namun beberapa penelitian kualitatif juga dapat ditemukan hipotesisnya. Selanjutnya hipotesis diuji menggunakan metode statistik, sehingga data-data yang akan dikumpulkan harus dapat diubah dalam bentuk angka. Untuk merubah data menjadi angka diperlukan instrumen penelitian yang memiliki skala pengukuran.
Hal yang harus diperhatikan untuk menentukan uji statistik yang tepat adalah skala pengukuran data (kategorik dan numerik), jenis hipotesis (komparatif-korelatif), data dari sampel berpasangan atau tidak berpasangan, jumlah kelompok sampel (2 kelompok atau lebih), serta persyaratan uji parametrik dan nonparametrik. Untuk menarik kesimpulan hasil, selanjutnya dilakukan dengan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel, di mana jika nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel maka artinya Ho ditolak dan Ha diterima, pun sebaliknya. Sedangkan uji hipotesis dengan membandingkan harga signifikansi (p) dapat diinterpretasikan dengan Ho ditolak dan Ha diterima jika harga p < 0,05, pun sebaliknya.
Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis
Dalam perumusan dan pengujian hipotesis memungkinkan adanya kesalahan yang dapat berupa Ho ditolak yang seharusnya diterima (disebut kesalahan alpha/α) maupun Ho diterima yang seharusnya ditolak (disebut kesalahan beta/P). Dalam pengujian hipotesis, perlu memperhatikan taraf signifikansi yang digunakan. Signifikansi adalah tingkat kebenaran dan standar toleransi kesalahan dalam penelitian. Misalnya taraf signifikansi 95%, artinya tingkat toleransi kesalahan sebesar 0,05. Jika diterapkan pada 100 orang maka kemungkinan kesalahan terjadi pada 5 orang. Pada penelitian di bidang kesehatan, sosial, atau pendidikan biasanya menggunakan taraf signifikansi 0,05, sedangkan pada bidang kedokteran atau farmasi yang berkaitan erat dengan nyawa manusia maka dapat diambil taraf signifikansi 0,005 bahkan 0,0001. Di samping taraf signifikansi, hipotesis mayor (utama) dan minor (penunjang atau anak hipotesis) juga perlu diperhatikan, di mana pengujian terhadap hipotesis minor sebenarnya adalah menguji hipotesis mayor.
Setyawan, D. A. (2014). Metodologi Penelitian: Hipotesis. Retrieved from adityasetyawan.wordpress.com.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cetakan ke-23). Bandung: Alfabeta Bandung.
Syapitri, H., Amila, & Aritonang, J. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Malang: Ahlimedia Press.
Ditinjau Oleh: Andika Wirawan
Baca Juga:
Uji Statistik Kesehatan
Memperingati Pekan ASI Sedunia Tahun 2023
Kajian Pustaka
[…] oleh: Andika, S.KM., M.EpidBaca Juga: Surveilans EpidemiologiHipotesis PenelitianUji Statistik […]
[…] Hipotesis PenelitianUji Statistik KesehatanKajian Pustaka […]
Tinggalkan Komentar